Minggu, Juli 30, 2006

Kuda Troya NSW

HAMPIR satu dekade pasukan besar dari Yunani mengepung benteng Troya. Sebanyak 10 ribu lebih pasukan dari berbagai kerajaan di kepulauan Aegea bak air bah menghantam benteng kokoh yang dijaga Hector anak Priam raja Troya. Satu persatu prajurit gagah gugur di medan laga, tak terkecuali Achilles, mesin pembunuh yang konon mampu membunuh sepuluh orang dengan sekali tebas. Meski kematiannya mampu membawa nyawa Hector turut serta, tak ayal lagi ini menjadi ini menjadi kehilangan yang teramat besar bagi pasukan penyerbu yang telah kelelahan dibawah pimpinan raja agung dari Mycenea, Agamemnon.
Kendati demikian, dadu nasib sudah dilempar. Kekalahan bukan merupakan pilihan dan kemenangan menjadi satu kewajiban. Helen anak Zeus bukan lagi alasan penghentian perang, hanya kemenangan yang bisa. Dalam kondisi seperti ini, figur Odysseus, raja bijak dari Ithaca, hadir mempersembahkan kejayaan bagi Yunani.
Sebuah penggalan dari epik Yunani klasik buah cipta Homer, barangkali cukup pantas untuk dijadikan cerminan kondisi Indonesia saat ini. Hal ini terkait dengan isu yang sedang mengemuka, meski sedikit sekali yang memahaminya, yakni National Single Window (NSW). Bahkan, hingga kini belum ada kata dalam bahasa Indonesia untuk NSW. Ini merupakan gambaran nyata keterasingan kita pada 'mahluk' bernama NSW ini.
Sebagai gambaran, NSW bisa diibaratkan sebuah pengontrol jarak jauh (remote control) dalam sistem besar perdagangan ekspor impor (eksim). Bila kita menekan tombol yang tepat, maka akan mampu menggerakan barang dagangan keluar atau masuk sebuah negara. Pengontrolan jarak jauh ini dimungkinkan dengan teknologi informasi yakni komputerisasi dan internet on-line. Artinya, sebuah terobosan yang bisa dibilang revolusioner dalam fasilitasi eksim.
Melalui NSW, seluruh pedagang dari berbagai belahan bumi bisa mengurus dokumen perdagangan yang diperlukan di Indonesia, dengan mengakses internet (trade-net). Sehingga, mereka tidak perlu pulang pergi mengunjungi kantor atau instansi penerbit dokumen. Bukan hanya itu, NSW juga memberikan kemudahan dalam pelepasan barang di pelabuhan dan bandara (port-net). Dengan demikian sistem ini akan mempermudah arus barang (flow of good) dan juga arus dokumen (flow of document).
Kendati masih asing, Indonesia melalui kesepakatan negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) telah berjanji merampungkan NSW paling lambat akhir tahun ini. Selanjutnya, masing-masing negara akan mengintegrasikan sestem mereka menjadi ASEAN Single Window (ASW) pada 2008 dan 2012. Hal ini merupakan kesepakatan Agreement to Establish and Implement the ASEAN Single Window yang ditandatangani para Menteri Ekonomi ASEAN pada 9 Desember 2005 Kuala Lumpur, Malaysia.

Secara ekonomi NSW bisa menjadi senjata untuk mencapai target perdagangan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat. Soalnya, sistem ini mampu memberikan kemudahan yang signifikan sebagai insentif untuk meningkatkan ekspor. Bahkan, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, NSW merupakan instrumen efektif mencegah penyelundupan. Dengan demikian, NSW bukan lagi kewajiban, tapi merupakan kebutuhan.
Sebagai contoh, sukses membangun sistem NSW, Singapura mampu menghemat pengeluaran para pedagang mereka hingga US$1 miliar/tahun untuk pengurusan dokumen. Selain itu, kecepatan pengelolaan data bertambah drastis. Dibutuhkan waktu hanya dua menit mengurusan dokumen eksim dari sebelumnya seminggu.
Hal ini dimungkinkan karena dari 3 sampai 35 dokumen yang dibutuhkan, telah berintegrasi menjadi hanya satu dokumen. Sehingga, pelayanan dokumen eksim meningkat tiga kali lipat dari 10ribu dokumen/hari menjadi 30ribu dokumen/hari. Sayangnya, langkah menuju terwujudnya NSW di Indonesia saat ini masih teramat jauh. Meski pada 27 Maret 2006, Surat Keputusan (SK) No Kep 22/M.Ekon/03/2006 tentang Tim Persiapan National Single Window telah terbit. Namun, hingga kini tim tersebut sama sekali belum bergerak. Bahkan, baru Rabu (19/7) lalu tim ini melaksanakan rapat pertamanya, itupun gagal karena terganggu gempa yang mengguncang Jakarta. Alhasil, hingga kini tim tersebut belum memiliki pembagian tugas dan rencana aksi yang jelas.
Sedianya tim nasional (timnas) NSW yang diketuai Menteri Keuangan ini, harus membuat dan melaksanakan rencana aksi secepat mungkin. Akan tetapi, sejak terbentuk empat bulan lalu, tidak satupun keputusan tercapai karena belum pernah rapat atau koordinasi. Entah karena kesibukan atau tidak ada kemauan yang kuat dari anggotanya.
Kondisi ini hampir sama dengan posisi pasukan Yunani yang terjebak dalam kondisi yang mereka ciptakan sendiri. Mereka harus bisa merebut kemenangan setelah kehilangan banyak prajurit seperti Achilles. Sedangkan, Indonesia harus bisa menyelesaikan NSW karena telah menjadi kebutuhan wajib yang sudah disepakati pemerintah di ASEAN. Untuk itu diperlukan terobosan brilian, seperti kuda Troya karya Odysseus. Timnas NSW harus menjadi kuda Troya yang mampu menghancurkan kebuntuan ke arah terwujudnya NSW.
Sesuai dengan perjanjian yang telah diteken Menperdag, enam negara ASEAN yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, termasuk Indonesia, harus membuat sistem NSW. Selanjutnya, NSW dari berbagai negara harus digabungkan menjadi ASEAN single window (ASW). Berdasarkan rencana aksi ASW, system dan uji coba NSW di enam negara sudah harus diselesaikan tahun 2006. Artinya, Indonesia hanya punya waktu lima bulan untuk merealisasikan NSW. Meski menurut Menko Perekonomian Boediono (Media Indonesia, 22/7) "Kita tidak tertinggal dibanding negara ASEAN lain."
Sebagai Kuda Troya, timnas NSW harus bisa menyatukan visi dan bergerak cepat. Seluruh pemangku kepentingan harus mau merendahkan ego sektoral mereka. Jika perlu, para menteri yang tergabung dalam timnas harus mau masuk ke dalam perut kuda troya NSW. Pasalnya, sudah tidak mungkin lagi Indonesia mundur dari kesepakatan. Harga diri bangsa dipertaruhkan di sini. Kesuksesan membangun sistem NSW menjadi target yang tidak bisa ditawar.
Angin segar datang dari satuan tugas sistem prosedur (satgas sisdur). Menurut Dirjen Perdagangan Luar Negeri Deperdag Diah Maulida, satgas yang dipimpinnya telah mampu mengumpulkan berbagai dokumen terkait eksim. Sebanyak 48 jenis dokumen perizinan dari berbagai instansi telah terkumpul. "Kita tinggal memetakan dan membuat flow chart-nya agar bisa dikomputerisasi," katanya, Jumat (21/7).
Meski timnas NSW sepertinya mandeg, tapi satgas di bawahnya ternyata masih tetap gigih melangkah. Sekarang tinggal timnas NSW. Mampukah tim ini menjadi kuda Troya NSW yang menggelinding meruntuhkan benteng kebuntuan pencapaian target NSW? Masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Bukan mewujudkan sistemnya yang sulit, tapi sosialisasi dan implementasinya yang sukar. Bukan tidak mungkin kemudahan yang dari NSW di Singapura malah menjadi hambatan di Indonesia. Butuh langkah bijak dan cepat seperti yang dicontohkan Odysseus raja Ithaca.(*)

Senin, Juli 03, 2006

Momen Religius


KEJATUHAN tim kandidat kuat juara dunia tahun ini, Inggris, menghadirkan kekecewaan di berjuta pendukungnya di seluruh Britania Raya dan Dunia. Namun, ada catatan menarik dari pertandingan yang diwarnai kartu merah untuk penyerang yang diramalkan bakal bersinar di piala dunia kali ini, Wayne Rooney. Inggris kembali tersingkir melalui adu penalti oleh Portugal, atau sebuah siaran ulangan dari Piala Eropa.
Yah, Inggris yang dianggap negara tempat kelahiran olahraga paling popular di bumi ini, kembali gagal dalam tos-tos-an. Sehingga, komentator dalam bahasa Inggris yang sudah jelas dari nada bicaranya merupakan orang Inggris mengatakan "As Usual, England fail to win in Penalty shootout!". Itulah kenyataan tragis yang harus dialami negeri Ratu Elizabeth, gagal dalam setiap adu penalti di turnamen Piala dunia. Masih segar kegagalan David Batty cs, atau David Beckham cs di setiap adu penalti, mereka gagal.
Namun, adu satu kalimat yang menggelitik saat menyimak pertandingan yang disiarkan langsung oleh hampir seluruh stasiun televisi di dunia ini, sebuah pernyataan komentator dalam bahasa Inggris. "It's a praying time", saatnya berdoa. Inilah saat semua pemain, offisial, pendukung, ataupun bukan untuk berdoa. Berdoa bagi kesuksesan timnya, berdoa untuk kegagalan tim lawannya. Inilah saatnya berdoa.
Bagi Inggris, negara yang menganggap sepakbola sebagai agama tentunya akan berdoa dengan caranya sendiri. Negara satu-satunya yang mengenal istilah "boxing-days" ini bisa dipastikan akan berdoa dengan agama bola. Akan tetapi, bukan sekali dua kali mereka gagal pada momen ini. Inggris selalu gagal dalam adu pinalti di piala dunia!
Sebuah fakta lucu tapi menyedihkan bagi seluruh insan persepakbolaan di negeri asalnya ini. Hal ini membuktikan, sepakbola sebagai sebuah sistem tidak bisa dijadikan sebuah dogma. Sepakbola ialah sebuah gerak yang asal katanya permainan. Saatnya bermain, bermain dengan keceriaan, bermain seperti jiwa anak kecil yang asik dengan permainannya. Hal inilah yang mungkin membuat pasukan Sven Goran ini kembali gagal dalam adu pinalti dengan Portugal.
Sebagai pertimbangan lain ialah tampak pada momen selebrasi. Menjadi pemandangan biasa ketika selebrasi sebuah gol, pencipta gol akan menunjuk langit atau tertunduk ke tanah. Hal ini memperlihatkan rasa terima kasih pada sesuatu yang 'Ilahiah'. Tapi hanya saat itu saja, pada saat bermain mereka kembali menjadi anak kecil yang sedang bermain. Beda dengan pemain Inggris, saat selebrasi mereka jarang memperlihatkan hubungan vertikal. Soalnya, saat mereka bermain itulah justru mereka sedang menapaki tangga vertikal. Penapakan tangga inilah yang membuat permainan mereka tidak seperti bermain. Justru seperti serdadu 'salib' menyongsong perang.
Hasilnya, mereka kehilangan spirit bermain. Memang harus diakui, mereka memperlihatkan kekuatan dengan power yang dikenal kick n rush. Seperti barisan fanatis yang kerasukan setan. Meski begitu, hal inilah yang membuat mereka selalu gagal pada 'moment religius' ketika 90 menit permainan tidak memberikan hasil dan 30 menit tambahan pun idem. Terbukti tahun ini, mereka kembali gagal. Gagal memenangkan proses adu pinalti.
Pendapat ini wajib disanggah, tapi boleh juga untuk ditimbang dan dihayati. Kembali lagi seperti telah disebutkan sebelumnya, bola dipandang dari sisi manapun akan terlihat bundar. Karena itulah bola.

kantor redaksi
abdisalira c 030706