Senin, September 24, 2007

Tentang Utun

Bagusnya jidatnya mirip jidatmu
karena dingin selalu menggerakannya
Begitu pula biarlah matanya mewakili matamu
agar selalu jernih dunia dipandangnya
Tapi kakinya biarkan seperti kakiku
agar dia bisa menapak setiap jengkal semesta
Telinganya bolehlah mirip punyaku
supaya bisikan doa selalu didengarnya
Akan tetapi, tangannya pasti harus tanganmu
sehingga indah selalu menyinari karyanya
Demikian juga rambutnya haruslah rambutmu
indah terurailah semua pengetahuan
Tapi, hidungnya haruslah milikku
agar wanginya kasihmu selalu menyertainya
Kalau dadanya haruslah dadaku
karena disana akan bersandar masa depan
Bagaimana dengan jiwanya?
Dia harus membangunnya sendiri
menghiasinya dengan keberanian
memagarinya dengan kasih sayang
dan menyusun bata demi bata kebebasan
Bolehlah dia keras seperti karang
Biarkan dia ringan seperti elang
Atau kokoh seperti pegunungan
dalam sedalam samudra
Namun, taqwa harus melandasinya
Meski dia anak kita,
Tapi dia seperti sungai yang mengalir
lepas melintasi daratan menuju lautan
Lautan luaslah tempat dia akan bermuara dan bermain
mewarnainya dengan semua gelombang
Hanyalah doa yang bisa kita titipkan
Semoga jiwa itu bisa berarti dan memberi arti
Amien...
Ramadhan ke dua belas 2007

Ketika Semua Berakhir

Bangun pagi buta siapkan handuk dan celana
mengulas jadwal dan merencanakan langkah
Siang haru berkutat penuh dengan tugas dan agenda
Sampai sore menjelang kembali menapak jejak terbalik
Di malam hari, sebagian besar waktu menempel di tivi
Hingga kantuk menjemput menghidangkan mimpi.
 
Waktu senggang di isi dengan 'chit-chat' bersama kolega
Jika sempat memanen keringat di ruang-ruang bergelanggang
Membaca buku di akhir pekan
Kalu bisa menggelar piknik di kala libur
Semuanya berulang dipergantian waktu
 
Namun, apalah jadinya jika hari ini berakhir
Apalah yang bisa kita bawa sebagai bekal
Yang jelas bukan karir atau pengetahuan
Bukan pula kebugaran dan jaringan koneksi
Karena saat itu semuanya sendiri
Mungkin yang tersemat hanya satu waktu
saat musibah mendera dan teringat Dia
Apakah hanya itu yang bisa dibawa?
 
Saatnya Ramadhan melengkapi bekal
jadikan pundi-pundi ini terpenuhi
Karena di bulan ini satu momen bisa jadi seribu
menjadi ransum ketika akhir tiba
 
Siam kedua belas 2007

Sabtu, September 22, 2007

Memaknai Bulan Suci

Bangun pagi sekali,
makan tanpa rasa, minumpun hanya bikin mual
Mending terus tidur, so what?
Mengambil wudhu rasanya berat
kaki mengantuk menjadi basah
sangat tak nyaman.
Lebih baik tidur saja, so what?
Siang hari terik,
Perut lapar mengantar kepala pusing
Haus teramat mengeruhkan pandang
Enakan makan eskrim atau minum teh botol
SO WHAT?
Malam-malam perut mau meledak
Rasa kantuk tak terbendung
berdiri terhuyung di sela begitu banyak rakaat
Padahal, acara tivi sedang primetime
Aah enakan menonton sampai tidur
SO WHAT?
Malam-malam bahkan monyetpun sudah tidur
menyusuri huruf-hujruf yang bukan bahasa sendiri
Membaca tulisan yang maknanya entah apa
Lebih enak baca novel atau komik
lumayan buat pengantar tidur
SO WHAT?
Tapi berapa lama kita hidup?
Satu juta, satu miliar, atau triliunan nafas
So what, kehidupan jika hanya untuk mati
So what, kalau seribu, seratus, sepuluh,
atau setarikan nafas dijadikan makna.
Karena di Ramadahan semuanya berlipat makna
Kapan lagi, jika maut tetap misteri
So?! Maknailah, maknailah, berikanlah makna
berikan nafas makna meski ditemani kantuk
Disenggol lapar dan dahaga
Didera kelesuan atau diejek televisi
Karena makna itulah yang menjadi inti kehidupan
Inti dari berapapun helaan nafas
Kapan lagi Ramadhan menyapa kita?!
 
Hari kesepuluh Ramadhan 2007