Di saung iyeu yang dibahas hanya masalah pemikiran, budaya, lingkungan, sepak bola, dan segala kereteug yang berguna bagi kehidupan manusia. Jikalau anda kurang puas dengan comment space, atau ada ide untuk dititipkan di blog ini, kirim e-mail ke abdi_salira@yahoo.com
Kamis, Maret 09, 2006
Mentok
Fokus pada suatu masalah adalah perkara yang tidak gampang. Terlebih ketika angin tidak bertiup ke arah yang dikehendaki.
Bila hendak melintasi sepanjang Sudirman dan Thamrin, dulu hanya perlu memakai busway. Tidak panas, tidak berdesakan, kadang malah udaranya terlalu dingin, jadi perlu jaket. Namun, siang ini rencana seperti itu mustahil dilaksanakan. Udara panas sepanjang hari tak henti memproduksi keringat sehingga punggung terasa dingin ketika ada angin debu menerpanya. Keringat bukan lagi bercucuran, tapi lebih pas dibilang membanjiri. Alhasil, dengan kondisi jalur biasa yang macet, semua orang kontan memilih busway sebagai kendaraan menuju tujuannya masing-masing.
Tak seperti dulu, busway hanya terdiri dari satu koridor. Saat ini Jakarta telah memiliki tiga koridor. Tujuannya mulia, agar penduduk pinggiran kota bisa turut merasakan nyamannya busway guna melintasi kota Jakarta dari Timur hingga Barat, atau dari Selatan menuju Utara. Namun, karena proyek tersebut masih berbentuk euforia, hasilnya tidak begitu baik. Pengaturan jalur bisa dibilang kacau dari pada amburadul.
Puluhan penumpang berdesakan hampir di seluruh halte. Jalur-jalur busway berlubang dan berebut dengan jalur umum, tidak mengenakkan. Apalagi di halte transit Monas ini. Halte darurat tidak memberikan kesejukan air conditioner karena halte benar-benar terbuka. AC-pun jadi sia-sia, malah debu yang membonceng buswaylah yang mendominasi.
Wah bener susah untuk fokus! Ga tau deh ini tulisan mau ke mana? give-up deh. Pikirin sendiri!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar