Kamis, Januari 26, 2006

HUT Sopir Metromini

Terima kasih atas kadonya dik
Tapi ga usahlah doa panjang umurnya.
Kalau berkenan dik, doakan semoga bapak-bapak polisi di perempatan
jalan jadi konglomerat. Biar tak ada lagi uang rokok atau salam
tempel.
Atau kalau tidak doakan agar abang-abang bertato itu dapat lotere
agar semuanya bisa balik ke kampung-kampungnya.
Jangan lupa dik doakan agar abang dapat borongan dari pak presiden
saat beliau berkunjung ke ruang-ruang pengusaha.
Mungkin jika beliau yang menyarter, ongkosnya bisa jaguar.
Tapi yang paling penting dik, doakan agar abang bisa dapat uang
setoran untuk hari ini, esok, lusa, dan hari selanjutnya.
Terima kasih dik..

kantor redaksi koran nomor dua
260106

Rabu, Januari 18, 2006

Semek Down

MEMBALIK tanah, mengalirkan air, membajak, dan menanam, setiap tahun, setiap musim tanam pekerjaan itu menjadi langkah otomatis yang terprogram rapi dalam software kepalaku. Perpindahan matahari, wujud awan, dan pergerakan angin menjadi panduan yang lebih setia ketimbang para penyuluh dari desa.
Bila tanaman, memasuki masa tanam dan tiga minggu, serbuk urea dicampur sedikit sp36 ditaburkan di antara himpitan padi muda. Bak, gadis abg binal, tubuhnya merekah menampakan keelokan tubuh yang sehat. Hyang Sri memandu gadis-gadis itu agar mempercantik diri dengan perhiasan emas. Alhasil, pada hitungan bulan para gadis menguning karena kemilau di sekujur tubuhnya.
Sesekali, aku turun menyambangi para gadis. Tak lupa rumput penggoda dan benalu pengganggu dibabat agar senyum sang gadis semakin manis. Tidak jarang semprotan parfum pestisida dibalurkan bila buduk, kurap, dan koreng terlihat di kulit mulus para gadis. "Kangjeng Sri, lindungilah gadis-gadisku, berilah bayi-bayi yang gemuk dan sehat. Karena jika sakit, tak ada pilihan lain nilainya akan jatuh dan hanya Bulog yang mau membelinya dengan harga sangat murah," doaku setiap hari.

Ah! Orang-orang gila. Lebih baik mengasah ani-ani. Soalnya, dari perhitungan lalulintas mentari, dua minggu lagi gadis-gadis Hyang Sri akan melahirkan bayi. Biarkan orang-orang gila itu berkelahi, hanya cukup sebagai hiburan. Bukan sesuatu yang berarti apapun. Hanya hiburan bagi para penganggur yang konon banyak di negeri kaya ini.


"Pak petani, jangan takut pak, kami akan mendukung bapak. Pemerintah memang tidak pernah peduli dengan petani. Mereka hanya bisa mengambil keuntungan dari impor yang jelas merugikan kalian wahai petaniku!"

Tiba-tiba seorang priayi perlente menyapaku, berkoar-koar entah apa yang dibicarakan. Jangankan mengenal namanya, wajahnyapun baru kali ini terlihat, itupun dari selembar koran butut bekas alas pembungkus cangkul.

Sebuah suara lain menampar gendang perutku. Wajahnya kembung tak berhasil menekan baju safari yang kepayahan membungkus tubuh bongsornya. Dari balik safari tersebut terdengar cicit binatang yang paling aku takuti. Saku bajunya yang besar terlihat lembaran-lembaran warna-warni kertas bertandatangan direktur BI.

"Bapak petani, jangan percaya! Kami pemerintah melakukan impor demi terciptanya kesejahteraan petani. Kami tahu kalian juga makan beras. Harganya sekarang kan lagi tinggi, untuk itu demi kesejahteraan kalian kami akan mengimpor sedikit beras dari negeri tetangga!"

Tak ada aba-aba, tak terdengar bunyi bel, kedua orang tersebut berkelahi dalam pertempuran yang seru. Seperti pertandingan smek down yang ada di tivi, saling banting, saling jepit. Namun, anehnya semakin keras bantingan, semakin erat jepitan tak ada darah yang keluar. Sepertinya lantai sangat empuk, hanya gemuruhnya yang memekakan telinga.
Ah! Orang-orang gila. Lebih baik mengasah ani-ani. Soalnya, dari perhitungan lalulintas mentari, dua minggu lagi gadis-gadis Hyang Sri akan melahirkan bayi. Biarkan orang-orang gila itu berkelahi, hanya cukup sebagai hiburan. Bukan sesuatu yang berarti apapun. Hanya hiburan bagi para penganggur yang konon banyak dinegeri kaya ini..

Kantor Redaksi Koran Nomor Dua
abdisalira 180106