Selasa, Juni 27, 2006

Debutan


SEORANG anak udik hadir dengan kalungan pita warna-warni, menenteng tas dari kain karung terigu. Tak kalah aneh dia mengenakan topi dari kertas koran. Kaus kaki norak membungkus betis gendut dijejali lemak. Sendal jepit berwarna merah di sebelah kiri kaki mencibir sepatu oranye di kaki kanannya. Dengan semangat besar ia berlari-lari kecil menyeret balon gas yang terikat di jambul rambut yang tersisa karena sebagian lainnya telah diplontos.
Ia berlari-lari mengitari lapangan di gedung kampus mewah yang hingar bingar dengan exterior baroque. Beberapa anak udik lainnya berdesak-desak mencoba melaju di barisan paling depan. Sementara, anak-anak lain yang berpenampilan perlente dan sebagian lainnya lebih enak dibilang normal ketimbang anak-anak udik yang berlari mengitari lapangan. Anak-anak 'normal' tersebut berkali-kali melonjorkan kakinya, sekedar membuat suasana lebih renyah. Hal yang lucu akan menjadi meriah menurut mereka.
Itulah suasana yang kental terasa pada perhelatan piala dunia FIFA di Jerman yang berlangsung penuh selama sebulan ini. Beberapa negara 'udik' berdatangan di kehebohan empat tahunan ini. Beberapa dari mereka membawa nama-nama besar sedangkan yang lain layaknya penduduk dari terra incognito bahkan namanya sangat asing di kuping.
Dari daratan Afrika, nama-nama seperti Togo, Angola, dan Pantai Gading mencoba mengadu nasib pada debutnya di piala dunia. Sedangkan dari Amerika ada nama Ekuador, Trinidad Tobago, dan Kostarika, sedangkan wakil pertama dari Oceania yang bisa menembus putaran final turnamen olahraga terbesar di semesta ini muncul nama Australia. Terakhir dari daratan Eropa ada nama Ukraina pecahan Sovyet.
Beberapa debutan berhasil menitipkan gaung di gemuruh pesta akbar, Australia sempat mengejutkan dengan menggeser Kroasia begitu pula dengan Ekuador yang membungkam Polandia. Satu lagi, bangkit dari keterpurukan di pertandingan perdana, Ukraina melaju ke babak enambelas besar. Namun, selebihnya, mereka terjungkal di babak pertama dengan menjadi juru kunci atau posisi ketiga.
Seperti sebuah perpeloncoan, satu persatu tim debutan ini terjungkal. Beberapa yang beruntung lolos dari putaran pertama dibekap di babak knock out. Ekuador ditatar Three Lions, paling tragis Australia dikacangi raja mafia Italia dengan trik diving di penghujung pertandingan. Padahal, Socceroos telah unggul pemain dari awal babak kedua.
Di putaran delapan besar, tinggal tersisa satu nama debutan yakni Ukraina. Mampukah tim yang dimotori Andriy Shevchenko ini melaju menjadi kuda hitam. Atau lebih tepat menjadi kuda Troya yang menembus benteng tradisi yang diisi tim-tim mapan? Ah layak dicermati kiprah tim debutan satu ini. Hidup Acep!!

ps: masa piala dunia tidak menulis soal bola. So setelah sekian lama vekeum nulis... yah lumayan lah :p

redaksi koran nomer berapa ya sekarang?
270606 c abdisalira

2 komentar:

diamante mengatakan...

sumuhun atuh, kamana wae abah teh... meni ngereles les...

diamante mengatakan...

sumuhun atuh, kamana wae abah teh... meni ngereles les...