Senin, Agustus 28, 2006

Ada Apa Dengan Beras?

JAKARTA (Media): Pemerintah akan memutuskan perlu atau tidaknya impor beras pekan depan. Saat ini, tim perberasan masih mengkaji angka ramalan (aram) ketiga produksi padi dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan menunggu masukan dari tim teknis yang melangsungkan rapat di Bandung.
"Saya harap, kalau tidak minggu ini atau minggu depan kita akan finalisasi beberapa pertimbangan, masukan, serta angka-angka yang keluar," ungkap Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu kepada wartawan di Jakarta, kemarin.
Lebih lanjut Mari mengatakan, tim teknis perberasan masih meminta masukan dari daerah terkait produksi, konsumsi, pasokan, dan pergerakan harga beras. Tim ini beranggotakan berbagai Direktorat Jenderal terkait yang dipimpin Deputi Menko Perekonomian bidang pertanian dan kelautan. Masukan ini menjadi bahan tambahan dari aram III yang dirilis BPS kemarin. Dari kajian dan masukan itu, akan mengerucut kesimpulan perlu tidaknya dilaksanakan impor beras.
Sebelumnya, tim teknis perberasan telah menyerahkan hasil evaluasi sebagai rekomendasi yang dipresentasikan pada rapat koordinasi terbatas (rakortas) bidang perberasan, Selasa (15/8) lalu. Seperti telah diberitakan Media Indonesia (9/8), melalui surat bernomor 028/D.II.M.Ekon/7/2006, salah satu rekomendasi tim ini ialah melaksanakan impor beras.
Dalam presentasinya, tim teknis menyatakan kondisi kritis terjadi pada cadangan beras pemerintah (CBP) karena banyaknya bencana. Saat ini CBP hanya terdiri dari 240 ribu ton atau kurang 110 ribu ton. Selain itu, harga beras setara kualitas medium di masyarakat, telah mencapai Rp4.900/kg. Kendati demikian, kabar baik datang dari harga gabah petani. Untuk gabah kering panen (GKP), petani menikmati harga Rp2.000/kg. Artinya, lebih tinggi dibanding harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp1.730/kg.
Akan tetapi, rakortas belum bisa menentukan keputusan atas rekomendasi tersebut. Bahkan, pada rapat di kantor wakil presiden Selasa (22/8) lalu, pemerintah masih belum bisa memutuskan. Namun, pemerintah menyimpulkan perlu ada masukan dari daerah mengenai keadaan perberasan. Pasalnya, keputusan impor beras merupakan keputusan yang sangat sensitif.

Harga Beras
Sementara itu, berdasarkan data Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan, harga beras nasional bulan ini meningkat 3,31% dibanding rata-rata selama tiga bulan sebelumnya. Harga beras tertinggi tetap terjadi di Jayapura (Rp6.000/kg) dan di Padang (Rp5.625/kg). Namun, kedua kota ini mengonsumsi beras kualitas atas harganya di atas rata-rata.
Sedangkan untuk beras kualitas medium, harga tertinggi terjadi di Pontianak (Rp5.050/kg) diikuti Medan (Rp4.800/kg). Sedangkan terrendah terjadi di Kendari (Rp3.875/kg), Makassar (Rp3.900/kg), dan Surabaya (Rp3.900/kg).
Sedangkan untuk Jakarta sebagai barometer nasional, harga beras kualitas medium mencapai Rp4.440/kg. Harga ini meningkat dibanding rata-rata tiga bulan sebelumnya yakni sebesar 2,77%. Saat ini di Pasar Induk Cipinang (PIC) memiliki stok sebesar 45.347 ton. Meski begitu, jika dibanding bulan Juli, pasokan per hari beras ke PIC bulan ini mengalami penurunan sebesar 6,37%. Rata-rata pasokan beras per hari bulan ini hanya 1.103 ton, sedangkan bulan Juli mencapai 2.075 ton. Hal ini memperlihatkan, musim panen kemarau telah berakhir. (TM)

Tidak ada komentar: